Kalimat yang sering kita dengar dari seorang bapak atau ibu kepada
anaknya yang sedang berinternet. Jika mendengar kalimat di atas, candu
internet berkonotasi negatif. Internet dianggap sebagai penghambat
belajar anak. Padahal teknologi dibuat untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia. Benarkah internet menjadi kambing hitam penyebab anak-anak
malas belajar? Ataukah karena internet belum dimanfaatkan fiturnya
secara optimal? Dalam hal ini tentu saja orangtua yang harus menggali
lebih jauh manfaat internet untuk anaknya. Dengan mengakrabi anak dan
internetnya, maka penggunaan internet akan terasa lebih bermanfaat.
Sudah menjadi keprihatinan sejak lama bahwa minat baca masyarakat
Indonesia dikatakan rendah, terutama golongan anak-anak, bahkan paling
rendah di kawasan Asia Tenggara. Fakta ini sesuai laporan dari Bank Duni
tahun 1998 yang berjudul “Education in Indonesia-From Crisis to
Recovery”. Disana disebutkan, anak-anak kelas enam sekolah dasar di
Indonesia tertinggal jauh dalam hal kemampuan membaca dibandingkan
Filipina, Thailand, Singapura dan Hongkong.
Ebook, Cara Asyik Baca Buku
Ironis memang, di sisi lain minat anak-anak terhadap internet sangat tinggi, sementara keinginan untuk membaca buku masih kurang. Sebuah titik temu sebenarnya sudah terlihat, orangtua dapat mengoptimalkan penggunaan internet untuk meningkatkan minat baca anak. Saat ini, dimana layanan data sudah murah dan cepat, konten-konten yang berhubungan dengan baca-membaca dapat diunduh aplikasinya dengan mudah. Beberapa konten yang menarik bagi penggemar buku adalah e-book, e-reader, atauWorld Newspaper.
Membaca dengan cara yang menyenangkan dan jumlah bahan bacaan
yang memadai tentu akan membuat anak-anak lebih tertarik untuk membaca.
Apalagi saat ini pasar Indonesia tengah diramaikan oleh komputer tablet
yang user friendly dan menarik untuk anak-anak. Komputer tablet
dengan ukuran rata-rata 5, 7 dan 10 inci dapat menyajikan menu membaca
sebagai penyeimbang konten-konten permainan. Industrie-book dan perangkat pembacanya e-reader tengah menggeliat setelah Apple merilis iPad, menyusul Amazon dengan Kindle dan Sony dengan e-reader. Vendor-vendor lainpun meluncurkan gadget yang dapat menerima konten e-book dan e-reader.Membaca dapat dilakukan di mana saja, kapan saja. Beragam vendor, termasuk produk lokal pun mulai memasarkan produk komputer tablet dengan fasilitas koneksi jaringan seluler. E-reader
sendiri berukuran kecil dan dapat mengakses teks buku dan koran yang
diunduh langsung dari internet, selama ditunjang dengan koneksi WiFii,
pembaca dimanjakan dengan ukuran layar besar sehingga tulisan yang kecil
dapat diperjelas. Bagaikan membawa satu buku tipis, padahal sebenarnya
didalam benda kecil itu terdapat rak-rak buku yang koleksi bukunya
ratusan. Menyatukan ratusan buku dalam satu gadget bukanlah impian
belaka.
Masalah dengan Pengarang dan penerbit
Di California, Amerika Serikat, ketika penjualan buku format cetak terus menurun, penjualan e-book malah meningkat tahun ini hingga menjapai angka 192%, menurut data yang dikumpulkan dari 14 penerbit yang tergabung di Association of American Publisher (AAP). Di Indonesia belum ada data terkait, namun tren perkembangnya bisa diprediksi akan sama. Sedangkan di Jepang akan segera memulai uji coba buku elektronik di semua sekolah dasar yang ada di Jepang secara bertahap. Ini untuk meningkatkan peranan IT dalam kelas untuk menciptakan generasi digital yang lahir dari usia dini.
Keberadaan e-book kini semakin penting dalam industri penerbitan, memotivasi para retailer untuk membuat aplikasi e-reading ke sebanyak mungkin perangkat elektronik. Masalah yang timbul kemudian dengan berkembangnya e-book atau e-reader adalah
menurunnya jumlah media cetak dan buku yang dibeli masyarakat. Di sisi
penerbit masih terhambat pada legalitas penyebaran digital terutama bagi
produk waralaba media asing. Sementara dari penerbit buku ada
kekuatiran dari sisi pengarang yang tidak mau bekerjasama penjualan buku
dalam format elektronik karena khawatir akan mengurangi minat terhadap
buku cetak. Google telah meluncurkan Toko buku digital Google pada Juli
2010 dan seluruh konten buku digital yang ada dijamin sudah mendapatkan
izin dari para pemegang hak cipta, termasuk pengarang dan penerbit.Buku
digital yang dibeli dari Google dan mitranya akan dapat ditampilkan di
perangkat apa saja yang memiliki kemampuan e-reader baik smartphone, e-bookreaders hinggapersonal computer.
Dari kalangan surat kabar dan majalah, penjualan media secara online
bukan lagi hal baru. Hampir seluruh media cetak saat ini telah
menerbitkan berita versi online. Sebagian tidak berbayar.
Pembaca dapat membaca secara gratis. Penerbit mendapatkan keuntungan
dari pemasangan iklan online. Sebagian lagi berbayar, pembaca diwajibkan
membayar biaya langganan bulanan. Bagi pembaca, pilihan sangat beragam.
Bahkan untuk yang berbayar sekalipun, biaya langganan jauh lebih ringan
daripada langganan versi cetak. Ini menjadi daya tarik bagi pembaca,
selain kemudahan-kemudahan lain yang didapatkan dengan membaca koran online, salah satunya adalah praktis.
Penulis dan penerbit harus memahami betul sistem yang dikembangkan dalam
pembelian media versi digital ini karena merupakan konsep baru yang
mengadopsi keberhasilan jual beli di situs online di tanah air. Sistem pembelian dengan poin atau mirip pulsa, bisa top-up kapanpun.
Harga dibandrol setengah dari harga versi cetak. Dengan format digital,
biaya produksi dan distribusi bisa dihemat. Dengan pemahaman sistem
kerjasama yang jelas antara penulis dan toko buku digital, maka
kekuatiran-kekuatiran dari pihak penulis dapat diminimalisasi. Penulis
dapat lebih produktif berkarya, dan buku-buku digital pun akan lebih
ramai di pasaran yang secara langsung akan berpengaruh pada peningkatan
minat baca generasi mudah dengan banyaknya pilihan-pilihan bacaan.
Satu aspek penting kelancaran masalah unggah dan unduh e-book ini
adalah ketersediaan layanan data yang berkualitas dan murah dari
operator serta dapat menjangkau seluruh pelosok negeri. Karena untuk mengunduh buku-buku onlinemerupakan kegiatan yang haus data, maka koneksi ke layanan data operator menjadi mutlak. Operator selular harus memikirkan harga, kecepatan, jumlah bandwith yg ditawarkan dan sinyal yang kuat. Menjawab
kebutuhan trafik data yang besar tersebut, dikembangkan teknologi akses
wireless 4G. Ada 2 kiblat 4G yang sekarang ini menjadi perhatian yaitu
WiMax (Worldwide Interoperability for Microwave Access) dan LTE (LongTerm Evolution).
Konvergensi teknologi informasi dan telekomunikasi telah membawa
keuntungan bagi pecinta baca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pada akhirnya, e-book dengan segenap aspek pendukungnya menjadi harapan baru untuk minat baca masyarakat Indonesia yang lebih baik.
Salam Komitsa !
Sumber dan Referensi :
Anwari, M. Fahri. 2009. Minat Membaca Masih Rendah, Kenapa?http://mfanwarie.webnode.com/news/minat-membaca-masih-rendah-kenapa
Faisal, Henry. 2010. Melahirkan Generasi Pembaca.
http://herryfaisal.blogspot.com/2010/06/melahirkan-generasi-pembaca.html
http://herryfaisal.blogspot.com/2010/06/melahirkan-generasi-pembaca.html
Taufiqurrakhman, Ahmad. 2006. Tahun ini Penjualan Ebook Naik hingga 193persen. Okezone.com.
Prihadi, Susetyo Dwi. 2010. Jepang kembangkan buku digital sekolah. Okezone.
Anda sedang membaca artikel tentang Meningkatkan minat baca lewat E-Book dan anda bisa menemukan artikel Meningkatkan minat baca lewat E-Book ini dengan url http://komitsa-indonesia.blogspot.com/2013/11/meningkatkan-minat-baca-lewat-e-book.html, Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Meningkatkan minat baca lewat E-Book ini sangat bermanfaat bagi teman-teman Anda, namun jangan lupa untuk meletakkan link postingan Meningkatkan minat baca lewat E-Book sebagai sumbernya.
Posting Komentar